Friday, November 21, 2008

Petualangan Tintin: Permata Castafiore

Permata Castafiore sangat berbeda dari kisah-kisah petualangan Tintin yang lain. Di buku ini, Tintin memecahkan misteri yang terjadi di kediamannya sendiri. Dari awal sampai akhir kisah ini, kita tidak beranjak dari Puri Moulinsart. Hergé memang mengatakan ingin menyederhanakan kisah Tintin, maka ia pun menulis kisah yang bagai novel detektif karya Agatha Christie.

Selain itu, dalam buku ini Hergé juga sebetulnya mengungkapkan banyak hal yang betul-betul terjadi dalam kehidupannya sendiri. Misalnya keinginannya untuk beristirahat di rumah, seperti yang diutarakan Kapten Haddock. Tuan Bolt (Boullu, dalam edisi Prancis) si tukang bangunan sebetulnya juga ada di kehidupan nyata, dan seperti di buku ini, orang itu juga sama susahnya dipanggil.

Kita juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Tristan Bior, perancang favorit Bianca Castafiore, sebetulnya adalah plesetan dari Christian Dior, perancang busana terkenal dari Prancis. Dan Bianca Castafiore sendiri jelas menggambarkan Maria Callas, penyanyi opera terkenal.

Untuk para pembaca yang teliti, Hergé memberi petunjuk tentang salah satu buku favoritnya. Di halaman 43, tampak Tintin sedang membaca buku Treasure Island karangan R.L. Stevenson, yang bersama Robinson Crusoe (Defoe) dan The Three Musketeers termasuk dalam sepuluh buku yang paling disukainya.

Karena bersimpati pada kaum gipsi, Hergé tadinya ingin lebih fokus pada kelompok minoritas ini. Dalam beberapa dialog di buku ini, kita bisa melihat bagaimana perasaan Hergé terhadap mereka. Misalnya Kapten Haddock, yang mengizinkan para gipsi berkemah di halaman Puri Moulinsart, juga Tintin yang membela mereka di hadapan Dupondt. Hergé menuangkan keahliannya menggambar pada panel yang menunjukkan rombongan gipsi sedang berkumpul di depan api unggun sambil bermain musik. Settingnya, diterangi sinar bulan purnama dan cahaya api unggun, sangatlah indah.

Kalau dalam Tintin di Tibet kita hanya sedikit melihat Profesor Lakmus, di Permata Castafiore ini kita bisa melihat bagaimana si profesor jenius itu menampilkan temuan terbarunya: televisi berwarna, benda yang ketika kisah ini pertama kali diterbitkan, sama sekali belum dikenal publik. Kita juga melihat bagaimana Lakmus jatuh cinta pada Bianca Castafiore, sampai mengabadikan nama penyanyi itu menjadi nama mawar ciptaannya.

Biarpun Permata Castafiore menarik dari segi cerita, ternyata buku ini kurang populer. Sepertinya para pembaca lebih suka "ramuan" kisah petualangan Tintin yang biasa, yaitu petualangan ke berbagai tempat dan adanya para "bandit". Karena itulah, Hergé kembali ke ramuan lama ini di dua kisah petualangan Tintin selanjutnya: Penerbangan 714 ke Sydney dan Tintin dan Picaros.

Sumber: Tintin The Complete Companion (Michael Farr)

(disebarkan oleh Dini)

0 comments: