Saya paling tidak menyukai kegiatan beres-beres. Meja kerja saya berantakan seperti kena hantaman badai. Tapi beberapa minggu ke depan saya harus membereskan meja kerja saya karena GPU akan pindahan gedung ke gedung cantik nan megah tanggal 15 Januari 2009. Sebenarnya pindahnya cuma ke gedung sebelah, tapi tetap saja kan kita tidak bisa melakukan beam ala Star Trek.
Di antara kesibukan berberes, tentu saja kami menemukan harta karun. Ketika menemukan buku-buku yang nyaris terlupakan kami berteriak kegirangan. “Waks, ada Midnight in Garden of Good and Evil nih...” Belum lagi ditambah dengan teman-teman yang membagikan buku-buku lama yang tersimpan di kolong meja atau terlupakan di sudut mana. Ada buku seperti Jonathan Livingston Seagull yang pernah saya baca di perpustakaan SMP dulu. Atau buku-buku besar seperti Gone with the Wind yang mengingatkan saya pada masa SMA ketika pertama kali membaca buku itu dan tak pernah menyangka suatu hari kemudian saya bisa berkenalan dengan penerjemahnya. Atau cetakan lama tahun 1980-an novel-novel Mira W. Yang ketika saya baca waktu SMP-SMA dulu selalu membuat saya bermimpi bisa menjadi bagian dari penerbitan buku semacam ini. Obsesi aneh yang tak pernah bisa dipahami oleh orangtua saya sampai sekarang adalah keinginan saya untuk menjadi bagian dari penerbitan buku.
Kenangan membanjir seiring kesibukan yang kadang bikin rese dan membuat sebagian dari kami memilih jadi pemulung daripada bekerja. Lucunya, kadang buku-buku yang disimpan bertahun-tahun lalu dan dianggap memiliki arti penting tak terkira lama-lama hanya jadi koleksi. Selama bertahun-tahun buku itu dibiarkan tak tersentuh, dan baru pada saat seperti ini kami sadar bahwa “hei, aku baru ingat ada buku itu di sana.” Dan ketika melihat buku tertentu, saya baru ingat, Ah, ini dia buku yang pernah membuatku menangis dan tertawa bersamaan. Tapi setelah tahun berlalu, buku itu hanya jadi koleksi semata, koleksi yang makin lama makin bertambah dan membuat tidak ada cukup ruang lagi untuk menampungnya. Kini sudah tiba saatnya menyerahkan kepemilikan buku tersebut kepada orang lain. Jika tidak, tidak ada ruang yang cukup untuk menampung buku-buku lain yang sudah menunggu kesempatan menyentuh hati kita.
Saya selalu percaya setiap buku pada waktu tertentu memiliki jalannya sendiri untuk masuk ke hati seseorang. Bagaimana sebuah buku yang sama bisa saja menyentuh hati seseorang sedemikian rupa, sementara buku yang sama tidak memiliki kekuatan magis itu terhadap orang lain. Waktu yang tepat juga menjadi unsur penting. Buku yang kita baca sepuluh tahun lalu dan mengguggah kita sedemikan rupa, misalnya, ternyata tidak memiliki efek magis yang sama jika kita baca sekarang.
Sambil mengorek-ngorek harta karun, saya tetap benci beres-beres pindahan ini. Tapi melihatnya melalui sudut lain, memandangi jejak waktu yang bergerak seiring dengan membongkar pernak-pernik buku atau benda-benda lain yang menjadi catatan perjalanan saya bekerja di kantor ini selama hampir sembilan tahun, saya jadi punya semangat baru lagi. Yah, walaupun dalam hati terus berharap bisa berkata, “Scotty, please beam all my things to my new office.”
(Disebarkan oleh Hetih. Desember 2008)
Gambar dari: www.fotosearch.com
3 comments:
Mbak Hetih, selamat pindahan ya. Gedung barunya kelihatan cantik, Mbak.
Hehe, selamat pindahan, Mbak ;-) selamat bertempur lawan file, odner, kardus, dan of course, debu ;-) jadi ingat waktu aku pindahan juga, padahal dekat sekali. Dari lantai 2 ke lantai 3. Tapi repotnya, duh, nggak ingin keulang deh ;-)
@Kania, thanks
@Rina, iyaaaaaa, nggak tahan sama segala keribetan ini... :((
Post a Comment