oleh: Ucu Agustin
*Kisah jatuh cinta massal saya yang kesekian,
kali ini: terhadap Edward Cullen si vampire keren nan kelam*
Wajahnya pucat, kulitnya dingin, giginya putih sempurna menyembunyikan taring beracun yang setajam silet, senyum separo-nya membuat dada berdebar, matanya berwarna topaz dan gaya serta tingkahnya yang campuran antara lelaki pemikir abad klasik dan cowok remaja introvert resah cemas yang misterius serta galau melulu, bikin hati saya deg-degan dan malam-malam, si dia jadi kepikiran. Masuk ke dalam mimpi, dan kalau keinget jadi rindu trus geli sendiri.
Ahahaha. Dari tanda-tanda tersebut di atas, tahulah saya kalau kini saya lagi jatuh cinta temporer sama si dia: Edward. EDWARD CULLEN. Vampir ganteng berusia 190 tahun tapi abadi berusia 17. Vampir yang rambutnya hitam ikal, yang warna matanya bisa berubah-ubah: dari hijau menjadi keemasan, pria pemurung yang jarang senyum dan amat frustrasi dengan kenyataan bahwa dirinya adalah si penghisap haus darah dan perempuan yang dicintainya adalah si penyebar feromon yang beraroma amat ‘menggoda’, dan selalu menerbitkan liur vampirnya yang memang udah dari ‘sono’nya selalu dan senantiasa haus akan cairan merah yang mengalir di pembuluh: darah.
Lelaki misterius memang lebih menarik dari lelaki peramah. Lelaki misterius kayak kado yang belum kebuka isinya, kayak rumah berornamen gothic nan unik namun si pemilik jarang memasukkan tamu ke dalamnya. Kayak sesuatu berusia lama yang kita nggak tahu apa-apa tentangnya. Kayak sejarah yang kita pengen ketahui betul bagaimana asal mula dan perkembangannya, lantas bagaimana ia kini dan nanti ke depannya. Sesuatu yang sedikit diketahui, memang kerap mengundang kepenasaran besar yang memperlebar kolam rasa keingintahuan. Sebuah prosedur hukum alam yang sudah galib.
Ah Edward, Edward…
Sudah jelas, kini saya lagi kesengsem berat sama dia. Dan pastinya, sebagaimana cewek-cewek lain di dunia (tanpa memandang usia) saya yakin saya sudah tergelincir di pinggir kolam cinta maya dan telah jatuh berkubang cinta di dalamnya bersama ribuan bahkan jutaan cewek penggemar lainnya di dunia yang juga merasakan hal yang sama saat melihat Edward Cullen bangkit dari lembar-lembar teks novel Stephenie Meyer dan mewujud dalam gambaran visual yang bergerak dengan amat memesona di layar lebar
Edward bisa membaca pikiran orang dan mendengar bisikan dari pikiran tersebut. Ia yang tercepat di antara keluarga Cullen—meski bukan yang terkuat. Kulitnya menyerupai pualam, pucat sedingin es, dan berkilauan bagai berlian saat diterpa sinar matahari. Saat musim-musim dingin dan berhujan bersijingkat pergi dari Forks—kota dengan skala hujan tertinggi di dunia—Edward dan keluarga Cullen hengkang dari pergaulan. Bilangnya lagi summer vacation, padahal namanya juga vampir ya bo…. Tentu saja ia nggak mau identitasnya diketahui orang. (that’s why he’s so mysterious…)
Keluarga Cullen memang jenis vampir yang berbeda. Mereka vampir vegetarian dan sudah lama melakukan ‘diet ketat’ alias nggak lagi menghisap darah manusia. Carlisle sang kepala keluarga Cullen bahkan berprofesi sebagai dokter di unit gawat darurat sebuah Rumah Sakit di Forks. Di mana setiap hari ia berurusan dan menangani darah, tapi ‘pengalaman’ mengajarkannya untuk tidak mengulang sejarah kelam per-vampir-an yang seolah telah digariskan untuk selalu ‘kalap dan bernafsu’ bila melihat cairan darah segar yang tidak mereka punyai di tubuhnya. Meski tiap hari menghirup ‘aroma makanan’, tapi Carlisle sudah kayak para orang suci yang berpuasa dan senantiasa mampu menahan nafsunya. Hanya saja, itu cuma Carlisle—si kepala keluarga Cullen. Sedang para anggota keluarga? Anak-anak yang diadopsinya?
Apakah pula yang terjadi ketika Bella Swan—gadis dari kota terik Phoenix-Arizona datang ke Forks untuk tinggal dengan Charlie (papanya) dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Edward? Salah satu anak adopsi Carlisle Cullen?
Rahasia keluarga Cullen terancam, karena cinta Edward membukakan kejujuran. Pada Bella—gadis manusia biasa yang penasaran karena Edward seolah menyesal telah menyelamatkannya (Bella hampir mati tertabrak mobil di halaman sekolah, andai Edward tidak datang menyelamatkannya dengan kecepatan dan kekuatan luar biasa), Edward bilang, “Bagaimana kalau aku bukan superhero? Bagaimana kalau aku adalah makhluk yang jahat?”.
Sejak kedatangan Bella, hidup Edward memang jadi sesak. Edward berduka karena menahan cinta. Akan apa jadinya bila vampir bercinta dengan manusia? Bagaimana bila si gadis terluka dan darah keluar dari ujung permukaan kulitnya? Akankah Edward menghisapnya? Atau mungkinkah ia akan membiarkan si terkasih tanpa memberikan pertolongan sedikitpun? Dengan cara apa ia akan terus bisa menahan ‘godaan’ untuk tidak mencicip rasa darah Bella yang amat ia inginkan? Takutkah Bella akan Edward?
DILEMA. Sungguh cinta yang terlarang untuk dijalani bukan? Dan di pantai, saat cinta telah menjerat mahluk berbeda klan yang bisa diibaratkan seperti serigala yang jatuh cinta pada domba, Edward pun membuka rahasia keberadaan kaum vampire yang untuk tetap bisa survive dan terus bisa hidup di antara manusia, sebagian dari mereka ternyata telah lama mengakomodir perkembangan jaman: menjalani hidup dengan cara vegetarian, tapi “Ibarat manusia yang selalu makan tofu, ada sesuatu yang tidak terpuaskan,” tandasnya ke Bella dengan wajah murung kelam yang selalu saya sukai itu.
Ya tuhan, gimana saya nggak bisa suka sama dia? Di abad yang begini gemerlap, ada makhluk demikian gelap dengan suasana hati yang selalu murung dan waspada serta was-was tapi juga penuh cinta dan merana. Makhluk ganteng tapi bahaya. Makhluk yang membangkitkan imajinasi dan juga memperdaya pesona. Edward Cullen tuh bagi saya seperti anugerah di masa krisis global, pengalih perhatian yang sangat fantastis di tengah permasalahan peradaban milenium yang demikian sesak dari soal-soal semacam climate change, mencairnya es di kutub utara, korupsi yang membengkak di pemerintahan dunia ketiga, perkara global warming yang terus mengancam lingkungan kita, sampai bangkrutnya bank dunia dan melemahnya bursa saham Wall Street serta gosip kedatangan makhluk asing dari planet luar bumi yang akan datang pada tahun 2012.
EDWARD!
EDWAR CULLEN!!!
For me, you are lover, saviour.
Semua yang didambakan imajinasi
Memenuhi segala fantasi. Ahahahaha.
Edward gelap tapi ‘benderang’. Keren dan compatible dengan zaman tapi terlarang. Berbahaya tapi mengundang. Vampir tapi puasa ngisap darah. Ganas tapi lembut hatinya. Berusia ratusan tahun tapi muda abadi, selamanya bertubuh 17.
Apanya coba yang harus ditakutin kalau ada vampir sekeren Edward muncul begitu saja di hadapan saya? Seperti yang diucapkan Madonna dalam lagunya BEAUTIFUL STRANGER, saya dengan pasti akan mengambil langkah si aku dalam nyanyian tersebut: “kalau aku pintar harusnya aku menghindar, tapi aku tidak, makanya ku terus maju ke depan. Memandang dan menemuimu… wahai kau sang orang asing yang amat memukau…”
Yup. Edward berusaha menghindari Bella saat pertama bertemu. ‘Bau’ Bella benar-benar menggodanya, tubuh Bella benar-benar diinginkannya, namun pikiran Bella… sama sekali tak bisa Edward baca. Seterang siang, ia bisa membaca pikiran orang dan mendengar bisikan yang berbunyi dalam benak, tapi Bella seperti lubang gelap. Sedikitpun, Edward tak bisa tahu apa yang dipikirkan Bella dalam benak. Dan bagi Bella sendiri, penghindaran Edward tak bisa diterimanya. Ia tahu, sebagian hatinya telah amat tertarik pada salah satu anggota keluarga Cullen tersebut. Cullen’s family yang dikenal ‘aneh’ dan eksentrik di sekolahnya, yang tak berteman kecuali dengan anggota keluarga mereka sendiri, tidak makan saat istirahat siang, dan meski baik—bagi sebagian besar anak sekolah di SMA tersebut, anggota keluarga Cullen terasa menguarkan aura yang kerap mengancam dan membuat mereka ketakutan.
Tapi kalau kata saya sih, cuma cewek bodoh yang pergi menjauhi Edward. Keren parah gitu, gila! Alih-alih pergi, saya mah malah akan bertindak seperti Bella: langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Ahahaha. Ya iya lah! Pasti cuma cewek bodoh yang lari terbirit begitu tahu siapa sebenarnya cowok keren yang ada di hadapannya: Vampire. Alih-alih ngibrit kabur, Saya kayaknya justru akan langsung menurunkan kerah baju saya dan minta Edward buat menggigitnya. Ketemu vampire di abad milenium kayak geneeeeeeeee?! Pasti cuma manusia yang punya karma masa lalu yang bagus yang bisa mendapatkan anugerah serta kesempatan tersebut. KETEMU SAMA MAKHLUK PRASEJARAH, man! Huhuhuhuhu. Mau, mau, mauuuuuuuuuuu!!!! Saya mau ketemu Edward!!!!
Tulisan ini dikutip dari Akun Facebook Ucu Agustin.
Ucu Agustin adalah cerpenis yang karya-karyanya tersebar di media massa, novelis pemenang penghargaan, sutradara yang memperoleh sejumlah pujian untuk sejumlah karya dokumenternya. Karya-karya yang pernah diterbitkannya antara lain novel Metropop: Being Ing (GPU, 2005) dan kumpulan cerpen Dunia di Kepala Alice (GPU, 2006). Film dokumenter terbaru Ucu Agustin bisa disaksikan dalam film Pertaruhan (2008), yang diputar di Jiffest 2008 dan diputar terbatas di sejumlah layar bioskop di Indonesia.
*Kisah jatuh cinta massal saya yang kesekian,
kali ini: terhadap Edward Cullen si vampire keren nan kelam*
Wajahnya pucat, kulitnya dingin, giginya putih sempurna menyembunyikan taring beracun yang setajam silet, senyum separo-nya membuat dada berdebar, matanya berwarna topaz dan gaya serta tingkahnya yang campuran antara lelaki pemikir abad klasik dan cowok remaja introvert resah cemas yang misterius serta galau melulu, bikin hati saya deg-degan dan malam-malam, si dia jadi kepikiran. Masuk ke dalam mimpi, dan kalau keinget jadi rindu trus geli sendiri.
Ahahaha. Dari tanda-tanda tersebut di atas, tahulah saya kalau kini saya lagi jatuh cinta temporer sama si dia: Edward. EDWARD CULLEN. Vampir ganteng berusia 190 tahun tapi abadi berusia 17. Vampir yang rambutnya hitam ikal, yang warna matanya bisa berubah-ubah: dari hijau menjadi keemasan, pria pemurung yang jarang senyum dan amat frustrasi dengan kenyataan bahwa dirinya adalah si penghisap haus darah dan perempuan yang dicintainya adalah si penyebar feromon yang beraroma amat ‘menggoda’, dan selalu menerbitkan liur vampirnya yang memang udah dari ‘sono’nya selalu dan senantiasa haus akan cairan merah yang mengalir di pembuluh: darah.
Lelaki misterius memang lebih menarik dari lelaki peramah. Lelaki misterius kayak kado yang belum kebuka isinya, kayak rumah berornamen gothic nan unik namun si pemilik jarang memasukkan tamu ke dalamnya. Kayak sesuatu berusia lama yang kita nggak tahu apa-apa tentangnya. Kayak sejarah yang kita pengen ketahui betul bagaimana asal mula dan perkembangannya, lantas bagaimana ia kini dan nanti ke depannya. Sesuatu yang sedikit diketahui, memang kerap mengundang kepenasaran besar yang memperlebar kolam rasa keingintahuan. Sebuah prosedur hukum alam yang sudah galib.
Ah Edward, Edward…
Sudah jelas, kini saya lagi kesengsem berat sama dia. Dan pastinya, sebagaimana cewek-cewek lain di dunia (tanpa memandang usia) saya yakin saya sudah tergelincir di pinggir kolam cinta maya dan telah jatuh berkubang cinta di dalamnya bersama ribuan bahkan jutaan cewek penggemar lainnya di dunia yang juga merasakan hal yang sama saat melihat Edward Cullen bangkit dari lembar-lembar teks novel Stephenie Meyer dan mewujud dalam gambaran visual yang bergerak dengan amat memesona di layar lebar
Edward bisa membaca pikiran orang dan mendengar bisikan dari pikiran tersebut. Ia yang tercepat di antara keluarga Cullen—meski bukan yang terkuat. Kulitnya menyerupai pualam, pucat sedingin es, dan berkilauan bagai berlian saat diterpa sinar matahari. Saat musim-musim dingin dan berhujan bersijingkat pergi dari Forks—kota dengan skala hujan tertinggi di dunia—Edward dan keluarga Cullen hengkang dari pergaulan. Bilangnya lagi summer vacation, padahal namanya juga vampir ya bo…. Tentu saja ia nggak mau identitasnya diketahui orang. (that’s why he’s so mysterious…)
Keluarga Cullen memang jenis vampir yang berbeda. Mereka vampir vegetarian dan sudah lama melakukan ‘diet ketat’ alias nggak lagi menghisap darah manusia. Carlisle sang kepala keluarga Cullen bahkan berprofesi sebagai dokter di unit gawat darurat sebuah Rumah Sakit di Forks. Di mana setiap hari ia berurusan dan menangani darah, tapi ‘pengalaman’ mengajarkannya untuk tidak mengulang sejarah kelam per-vampir-an yang seolah telah digariskan untuk selalu ‘kalap dan bernafsu’ bila melihat cairan darah segar yang tidak mereka punyai di tubuhnya. Meski tiap hari menghirup ‘aroma makanan’, tapi Carlisle sudah kayak para orang suci yang berpuasa dan senantiasa mampu menahan nafsunya. Hanya saja, itu cuma Carlisle—si kepala keluarga Cullen. Sedang para anggota keluarga? Anak-anak yang diadopsinya?
Apakah pula yang terjadi ketika Bella Swan—gadis dari kota terik Phoenix-Arizona datang ke Forks untuk tinggal dengan Charlie (papanya) dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Edward? Salah satu anak adopsi Carlisle Cullen?
Rahasia keluarga Cullen terancam, karena cinta Edward membukakan kejujuran. Pada Bella—gadis manusia biasa yang penasaran karena Edward seolah menyesal telah menyelamatkannya (Bella hampir mati tertabrak mobil di halaman sekolah, andai Edward tidak datang menyelamatkannya dengan kecepatan dan kekuatan luar biasa), Edward bilang, “Bagaimana kalau aku bukan superhero? Bagaimana kalau aku adalah makhluk yang jahat?”.
Sejak kedatangan Bella, hidup Edward memang jadi sesak. Edward berduka karena menahan cinta. Akan apa jadinya bila vampir bercinta dengan manusia? Bagaimana bila si gadis terluka dan darah keluar dari ujung permukaan kulitnya? Akankah Edward menghisapnya? Atau mungkinkah ia akan membiarkan si terkasih tanpa memberikan pertolongan sedikitpun? Dengan cara apa ia akan terus bisa menahan ‘godaan’ untuk tidak mencicip rasa darah Bella yang amat ia inginkan? Takutkah Bella akan Edward?
DILEMA. Sungguh cinta yang terlarang untuk dijalani bukan? Dan di pantai, saat cinta telah menjerat mahluk berbeda klan yang bisa diibaratkan seperti serigala yang jatuh cinta pada domba, Edward pun membuka rahasia keberadaan kaum vampire yang untuk tetap bisa survive dan terus bisa hidup di antara manusia, sebagian dari mereka ternyata telah lama mengakomodir perkembangan jaman: menjalani hidup dengan cara vegetarian, tapi “Ibarat manusia yang selalu makan tofu, ada sesuatu yang tidak terpuaskan,” tandasnya ke Bella dengan wajah murung kelam yang selalu saya sukai itu.
Ya tuhan, gimana saya nggak bisa suka sama dia? Di abad yang begini gemerlap, ada makhluk demikian gelap dengan suasana hati yang selalu murung dan waspada serta was-was tapi juga penuh cinta dan merana. Makhluk ganteng tapi bahaya. Makhluk yang membangkitkan imajinasi dan juga memperdaya pesona. Edward Cullen tuh bagi saya seperti anugerah di masa krisis global, pengalih perhatian yang sangat fantastis di tengah permasalahan peradaban milenium yang demikian sesak dari soal-soal semacam climate change, mencairnya es di kutub utara, korupsi yang membengkak di pemerintahan dunia ketiga, perkara global warming yang terus mengancam lingkungan kita, sampai bangkrutnya bank dunia dan melemahnya bursa saham Wall Street serta gosip kedatangan makhluk asing dari planet luar bumi yang akan datang pada tahun 2012.
EDWARD!
EDWAR CULLEN!!!
For me, you are lover, saviour.
Semua yang didambakan imajinasi
Memenuhi segala fantasi. Ahahahaha.
Edward gelap tapi ‘benderang’. Keren dan compatible dengan zaman tapi terlarang. Berbahaya tapi mengundang. Vampir tapi puasa ngisap darah. Ganas tapi lembut hatinya. Berusia ratusan tahun tapi muda abadi, selamanya bertubuh 17.
Apanya coba yang harus ditakutin kalau ada vampir sekeren Edward muncul begitu saja di hadapan saya? Seperti yang diucapkan Madonna dalam lagunya BEAUTIFUL STRANGER, saya dengan pasti akan mengambil langkah si aku dalam nyanyian tersebut: “kalau aku pintar harusnya aku menghindar, tapi aku tidak, makanya ku terus maju ke depan. Memandang dan menemuimu… wahai kau sang orang asing yang amat memukau…”
Yup. Edward berusaha menghindari Bella saat pertama bertemu. ‘Bau’ Bella benar-benar menggodanya, tubuh Bella benar-benar diinginkannya, namun pikiran Bella… sama sekali tak bisa Edward baca. Seterang siang, ia bisa membaca pikiran orang dan mendengar bisikan yang berbunyi dalam benak, tapi Bella seperti lubang gelap. Sedikitpun, Edward tak bisa tahu apa yang dipikirkan Bella dalam benak. Dan bagi Bella sendiri, penghindaran Edward tak bisa diterimanya. Ia tahu, sebagian hatinya telah amat tertarik pada salah satu anggota keluarga Cullen tersebut. Cullen’s family yang dikenal ‘aneh’ dan eksentrik di sekolahnya, yang tak berteman kecuali dengan anggota keluarga mereka sendiri, tidak makan saat istirahat siang, dan meski baik—bagi sebagian besar anak sekolah di SMA tersebut, anggota keluarga Cullen terasa menguarkan aura yang kerap mengancam dan membuat mereka ketakutan.
Tapi kalau kata saya sih, cuma cewek bodoh yang pergi menjauhi Edward. Keren parah gitu, gila! Alih-alih pergi, saya mah malah akan bertindak seperti Bella: langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Ahahaha. Ya iya lah! Pasti cuma cewek bodoh yang lari terbirit begitu tahu siapa sebenarnya cowok keren yang ada di hadapannya: Vampire. Alih-alih ngibrit kabur, Saya kayaknya justru akan langsung menurunkan kerah baju saya dan minta Edward buat menggigitnya. Ketemu vampire di abad milenium kayak geneeeeeeeee?! Pasti cuma manusia yang punya karma masa lalu yang bagus yang bisa mendapatkan anugerah serta kesempatan tersebut. KETEMU SAMA MAKHLUK PRASEJARAH, man! Huhuhuhuhu. Mau, mau, mauuuuuuuuuuu!!!! Saya mau ketemu Edward!!!!
Tulisan ini dikutip dari Akun Facebook Ucu Agustin.
Ucu Agustin adalah cerpenis yang karya-karyanya tersebar di media massa, novelis pemenang penghargaan, sutradara yang memperoleh sejumlah pujian untuk sejumlah karya dokumenternya. Karya-karya yang pernah diterbitkannya antara lain novel Metropop: Being Ing (GPU, 2005) dan kumpulan cerpen Dunia di Kepala Alice (GPU, 2006). Film dokumenter terbaru Ucu Agustin bisa disaksikan dalam film Pertaruhan (2008), yang diputar di Jiffest 2008 dan diputar terbatas di sejumlah layar bioskop di Indonesia.
1 comments:
I LOVE EDWARD, TOO! :D
Post a Comment