Tuesday, November 4, 2008

Penyelamat Kakakku (My Sister's Keeper) - Jodi Picoult

Aku berkenalan dengan My Sister's Keeper lewat temanku yang meneteskan air mata di kantor ketika mendapat tugas membaca proof buku ini. Karena penasaran akhirnya aku memutuskan membaca buku itu sendiri. Tidak lama setelah mulai membaca buku itu mataku berkaca-kaca dan, akhirnya, ikut meneteskan air mata dan menghabiskan berlembar-lembar tisu.

Buku ini sendiri berkisah tentang keluarga beranggotakan lima orang. Keluarga yang mungkin hanya akan menjadi keluarga "biasa" jika putri tertua keluarga itu tidak mengidap leukemia. Sebagian besar cerita tentang keluarga dengan anggota keluarga yang mengidap penyakit mematikan berfokus pada si penderita. Tapi tidak demikian dengan buku ini. Fokus cerita buku ini bukanlah Kate, si penderita leukemia, melainkan Anna, adik Kate.

Siapa sebenarnya Anna? Anna adalah anak yang lahir melalui prosedur bayi tabung. Anak yang dirancang secara genetik agar bisa menjadi penyelamat hidup kakaknya.

Kate baru berusia dua tahun ketika didiagnosis menderita APL---leukemia promielostik akut--- penyakit leukemia langka. Kate hanya punya satu harapan untuk selamat: donor allergenic---saudara yang sama sempurna. Dan ketika Brian, kakak Kate, ternyata tidak bisa menjadi donor,
orangtua Kate, Sara dan Brian, akhirnya memutuskan untuk memiliki anak lagi. Bukan sembarang anak, tapi anak yang diprogram agar bisa memiliki kecocokan sempurna dengan Kate.

Beberapa saat setelah kelahirannya, Anna sudah harus menyumbangkan darah dari tali pusatnya. Beberapa tahun kemudian dia tanpa henti menjadi donor leukosit, sel induk, atau umsum tulang setiap kali Kate membutuhkan. Meskipun tubuhnya sehat, Anna harus menjalani puluhan suntikan, transfusi darah, dan operasi. Setiap kali Kate di rumah sakit, Anna pasti akan ada di sana untuk menyediakan apa pun yang saat itu dibutuhkan Kate.

Sampai suatu ketika, pada usianya yang ketiga belas, Anna mulai mempertanyakan siapa dirinya dan tujuan hidupnya. Puncaknya, ketika diminta menyerahkan ginjalnya kepada sang kakak, Anna akhirnya menggugat orangtuanya untuk memperoleh hak atas tubuhnya sendiri.

Aku punya dua orang adik. Jika aku diminta mendonorkan sesuatu untuk adikku aku akan melakukannya tanpa pikir panjang. Aku yakin hampir semua orang akan melakukannya tanpa ragu. Lalu kenapa Anna merasa keberatan melakukannya? Apakah Anna sebegitu kejam hingga tega menjatuhkan vonis hukuman mati bagi kakaknya dengan menolak menjadi donor kakaknya lagi?

Anna sebenarnya bukanlah sedang mencari perhatian seperti yang dituduhkan ibunya. Dia sedang berteriak meminta bantuan karena tidak bisa mengenali siapa dirinya. Selamanya dia merasa hanya sebagai penolong Kate. Dia tidak merasa dirinya sebagai pribadi utuh. Dia selalu menjadi bagian Kate. Gadis yang merasa diinginkan hanya untuk menjadi alat yang bisa digunakan untuk menolong kakaknya. Anak yang merasa tak kasatmata hingga orangtuanya membutuhkan darah atau bagian tubuhnya yang lain untuk Kate. Gadis yang untuk sekali dalam hidupnya ingin diberi kesempatan untuk memilih. Semua itu akhirnya menjadi bagian alasan Anna meminta pengacara untuk mewakilinya mengajukan petisi hak atas kebebasan medis.

Sara, sang ibu, merasa ia tanpa ragu akan dengan sukarela menjadi donor untuk Kate. Ia menganggap Anna akan merasakan hal yang sama sehingga tidak pernah mempertanyakan kesediaan Anna untuk menjadi donor bagi Kate.

Biasanya pada prosedur-prosedur medis, dan pada banyak hal lain, orangtua diizinkan membuat keputusan bagi anak karena mereka dianggap melakukannya demi kepentingan si anak. Tapi bagaimana jika mereka dibutakan oleh kepentingan anak yang lain?

Bagaimana jika karena ingin menyelamatkan salah satu anaknya, anak yang lain menjadi korban? Bahkan meski tidak ada yang dikorbankan oleh keputusan itu, apa jaminan bahwa keputusan orangtua untuk anak merupakan keputusan yang terbaik? Hal inilah menurutku yang paling menarik dari buku ini. Betapa sebenarnya kita tak selalu bisa membedakan antara hitam dan putih dengan mudah. Atau juga antara benar dan salah. Bahkan ketika kita tahu itu tindakan yang benar, belum tentu itu tindakan yang baik. Ya, berusaha sekeras mungkin untuk menyelamatkan anak kita adalah tindakan yang benar, tapi apakah mengorbankan anak yang satunya lagi merupakan hal yang baik?

Selain ceritanya yang menurutku kompleks, gaya penceritaan buku ini juga unik. Buku ini diceritakan melalui sudut pandang tujuh orang. Jadi selain menceritakan Anna, buku ini juga menceritakan konflik yang dialami anggota keluarga Fitzgerald yang lain, juga pengacara dan wali ad litem Anna.

Buku ini sendiri sekarang sudah diangkat ke layar lebar. Aku tidak sabar untuk melihat akting Cameron Diaz yang akan memerankan Sara dalam film ini. Buat yang mau nonton juga, aku menyarankan untuk membaca bukunya dulu sebelum nonton. Buat yang udah nonton dan merasa filmnya kurang bagus, ingat: Don't judge a book by it's movie.

(Disebarkan oleh Dian. November 2008)

1 comments:

nanawrote said...

Aku sudah beli bukunya (English version) dan sedang baca. Tapi sejauh ini, aku pikir corak bahasanya kurang mengena dengan plot yang disuguhkan.